Powered By Blogger

June 6, 2011

HIDUP DALAM GENGGAMAN PLN

Untuk mengurangi pemadaman, pelanggan diminta mengurangi penggunaan listrik. Konon, pasokan listrik yang ada tidak cukup untuk melayani permintaan. Penyebabnya adalah:
1. Pasokan BBM untuk beberapa pembangkit listrik terganngu.
2. Adanya penurunan sementara pada pembangkit listrik Suralaya.
3. Naiknya beban karena pelanggan bisnis mengalihkan pasokan dari BBM ke listrik (permintaan melebihi pasokan yang ada). -Artikel Detik Finance-




Betapa incomppetentnya perusahaan milik rakyat (milik kita?)
Adakah hal yang bisa kita lakukan?

Tahukah anda bahwa microwave oven akan menghabiskan lebih banyak listrik untuk menjalankan jam digitalnya, dibanding untuk menghangatkan makanan?
Memang betul bahwa untuk menghangatkan makanan dibutuhkan tenaga 100 kali lebih besar daripada menjalankan jam digital. Tapi seberapa sering anda menghangatkan makanan?
Microwave oven, 99% waktunya hanya duduk diam, dalam posisi standby, dengan jam digitalnya yang berkedap-kedip. Pada akhirnya 99% ini mengkonsumsi listrik lebih besar dari 1% yang anda gunakan untuk menghangatkan makanan.  -The Economist “ Pulling the Plug on Standby Power”.

Microwave oven bukan satu-satunya yang menghabiskan listrik ketika menganggur. Televisi, DVD player, CD player, dan computer masih mengkonsumsi listrik ketika tidak dipakai, bila kita biarkan dalam posisis standby.
Posisi standby mengambil porsi hingga 13% dari penggunaan listrik rumah tangga. -Artikel Yahoo Green “ Getting Savvy about Standby Power
Sebanyak itu? Bukankah hal ini seharusnya dipikirkan oleh produsen televisi, DVD player, dan lain-lain? Tentu mereka tidak ingin produk mereka dicap boros energi, bukan?
Ya dan tidak. Menerapkan teknologi lebih tinggi untuk menghemat listrik disaat standby, akan menaikkan harga produk, sedangkan  manfaatnya tidak terlihat secara langsung oleh konsumen. Produsen tentu lebih memilih fokus ke teknologi untuk menarik konsumen. High definition, surround sound dolby stereo, super flat.

Pernahkah kita bertanya, “kalau sedang standby, perangkat ini meghabiskan listrik berapa watt per jamnya? Saya tidak pernah. Anda mungkin juga sama. Tapi kalau konsumen yang membayar listriknya saja tidak peduli, bagaimana kita mengharapkan produsen untuk perduli?

Begitu banyak listrik terpakai. Untuk apa? Nihil. Hanya untuk standby!
Cabut ketika tidak diapakai.
Selain meringankan tagihan listrik, kita juga membantu menurunkan beban listrik PLN.
Ayo cepat, sebelum terlambat!

Hidup dalam genggaman PLN? Tidak juga.

sumber: Indonesia Anonymus
Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia, kemarin.

April 22, 2010

BUMI HIJAU MADANI, LANGIT BIRU HADAPI

Aller anfang istschwer : semua permulaan itu sukar.
Maka mari menyaksikan, mendengarkan, mengamati, menyerap semuanya. Dan suatu proses pembelajaranpun terjadi secara tidak sengaja.

Perbaikan memang tidak terjadi dalam satu malam.
Sepuluh tahun mungkin waktu yang lama menurut kalender, tapi dalam pembangunan nasional, satu dekade itu bukan apa-apa.
Kita memerlukan kearifan dan semangat baru untuk mengelola kekayaan alam, karena dengan begitu, kita memberi makna lebih baik pada hidup ini. Dengan hati dan akal sehat.

Lalu, siapakah yang bertugas untuk itu? Bukan hanya Kementrian Pariwisata ataupun Departemen Pendidikan Nasional, tapi juga masing-masing kita, satu persatu.

Seperti Pahlawan.
Semangatnya untuk melindungi - betapapun lemahnya. Semangatnya untuk hidup - betapapun pendek usianya.
Seperti Relawan.
Menghindari sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, kecuali kalau kita percaya bahkan kebodohan adalah suatu kepandaian, kemiskinan adalah suatu kekayaan, dan kelemahan adalah suatu kekuatan. Entah kata siapa.

Jangan sampai hati kita membatu, menjadi keras. Tertutup dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan. Hati Indonesia yang biasa terbuka seperti laut dan pantainya, seharusnya telah terbiasa dan terlatih menerima apapun kepada dunia. Karena dengan keberanian memberi dan menerima, kita sanggup mencintai.

Selamat Hari Bumi.
Bumiku hijau madani, langitku biru hadapi!

March 13, 2010

MENERAWANG EFEK RUMAH KACA, Hati-hati Kita Bisa Mati

Siang ini, matahari tiada tirai.
Cuma suaranya meraung-raung seperti lagu frustasi yang berkepanjangan.

Tipis ozon, berlubang.
Debu kosmik,hujan asam.
Bakal bunga tak mekar.
Tak berputar, energi.
Kita akan terbakar. Kita akan mewariskan.

Efek Rumah Kaca adalah Fenomena yang ditimbulkan oleh gas-gas rumah kaca yang menghalangi sinar pantulan dari bumi ke angkasa.
Akibatnya? Sinar yang seharusnya menjauh dari bumi akan tetap terkumpul di sekitar bumi, terakumulasi di sana, dan menjadikannya semakin panas. Keadaan ini selanjutnya disebut dengan pemanasan global.
Saya rasa Anda lebih tahu tentang hal ini, maka cukuplah kita berteori.

Faktanya, bumi mendapatkan energi dari sinar matahari. Bumi merasakan panas saat matahari bersinar terik karena bumi menyerap sebagian energi dari matahari. Tidak semua energi diserap, sebagian energi dipantulkan kembali ke angkasa dalam bentuk panas. Dengan begitu, bumi terjaga kestabilannya. Hanya saja, kebahagiaan ini acap kali terganggu ketika di atmosfer terdapat sekumpulan gas (seperti CO2 dan gas-gas rumah kaca lain) yang dapat menghalangi pantulan sinar tersebut.
Lalu akibatnya? Pastilah Anda yang telah lebih tahu.

Kenaikan tertinggi untuk gas CO2 mencapai 64% dari seluruh gas rumah kaca di atmosfer. Sedangkan sisanya sebesar 36% merupakan gabungan beberapa gas lain, seperti metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sulfur heksafluorida (SF6), nitrogen trifluorida (NF3), trifluorometil sulfur pentafluorida (SF5CF3), eter terhalogenasi, dan halokarbon lain. Ada beberapa faktor yang penyebab terjadinya peningkatan kadar CO2 dan gas-gas rumah kaca diudara, diantaranya :

Euforia pasca revolusi industri. Aktivitas industri menyebabkan kenaikan konsentrasi gas-gas rumah kaca sampai pada tingkat yang tidak saya dan juga Anda harapkan. Tapi mengapa ini bisa terjadi? Keadaan ini terjadi akibat sebagian besar industri menggunakan bahan bakar batu bara, minyak bumi dan gas alam dalam skala besar. Batu bara terdiri atas sebagian besar karbon (C), yang apabila dibakar akan bereaksi dengan oksigen (O2) menghasilkan CO2. Gas alam dan minyak bumi termasuk golongan hidrokarbon, yang jika dibakar akan menghasilkan CO2 dan uap air. Ada juga gas-gas lain seperti halon, metal bromida, klorofluorokarbon (CFC) atau freon yang banyak digunakan sebagai refrigerant pada AC dan lemari es, dan propelan aerosol pada hairspray juga ikut berlakon sebagai senyawa perusak lapisan ozon.
Mengenai hal ini, pastilah para pelaku industri yang (se)harus(nya) lebih paham. Jadi, tak perlulah kita bahas ini banyak-banyak.

Pembabatan pohon-pohon di hutan. Penebangan pohon dengan tidak ada upaya penanaman kembali yang seimbang. Tumbuh-tumbuhan berperan sebagai penetralisir CO2.

Pertumbuhan penduduk. Tidak teratur dan tingginya pertumbuhan penduduk yang drastis dapat memicu meningkatnya kadar CO2 di udara.

Meningkatnya pemakaian kendaraan bermotor. Bahan bakar minyak bumi yang dikonsumsi oleh kendraan bermotor akan menghasilkan gas buangan yang menambah kadar CO2 diudara. Semakin banyak jumlah kendraan bermotor yang berbahan bakar hidrokarbon, maka kadar CO2 di udara akan meningkat.

Dampak yang ditimbulkan:

Kematian, terasa lambat namun pasti.
Pada dasarnya, CO2 tidak berbahaya bagi manusia. Hanya saja, kenaikan kadar CO2 di udara yang melebihi ambang batas dapat mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi. Gas CO2 dapat dilewati oleh semua energi/ sinar yang dipancarkan oleh matahari. Namun, sebagian energi yang tidak diserap bumi tertahan dan terperangkap ketika akan dipantulkan ke angkasa akibat adanya gas-gas rumah kaca tersebut, sehinnga energi panas terserbut dipantulkan kembali ke bumi.
Fenomena ini persis seperti sebuah rumah yang terbuat dari kaca, dimana suhu didalamnya sangat panas. Selama bertahun-tahun, gas-gas rumah kaca menyebabkan lapisan ozon tidak lagi mampu melindungi bumi terhadap radiasi ultra violet (UV) dari matahari. Setiap 10% penipisan lapisan ozon akan menyebabkan kenaikan radiasi UV sebesar 20%. Radiasi UV juga menurunkan kemampuan sejumlah organisme dalam menyerap CO2 sebagai salah satu gas rumah kaca. Jika dibiarkan, radiasi UV tersebut juga akan menyebabkan vaksinasi terhadap sejumlah penyakit menjadi kurang efektif, dan akan memicu reaksi foto kimia yang menghasilkan asap beracun dan hujan asam.

Fenomena efek rumah kaca juga mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es didaerah kutub yang berakibat naiknya permukaan laut yang dapat mengancam pemukiman penduduk disepanjang pantai. Naiknya permukaan air laut dapat mengakibatkan erosi disekitar wilayah pesisir pantai, kerusakan hutan bakau dan terumbu karang sebagai pelengkap ekositem darat dan lautan. Disamping itu, efek rumah kaca mengakibatkan terganggunya keseimbangan biologis di laut sehingga dapat meningkatkan jumlah ganggang di lautan. Beberapa jenis ganggang ini ada yang dapat mengeluarkan racun yang membahayakan kehidupan laut dan meracuni manusia yang memakan hasil laut. Efek rumah kaca juga akan meningkatkan suhu bumi sekitar 1 hingga 5 derajat C.
Dapatkah dibayangkan apabila hal ini terus-menerus terjadi? Kita akan terbakar, sedangkan kita akan mewariskan.

Upaya Penanggulangan:

Untuk skala industri, perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas buang yang baik. Saluran buangan haruslah memperhatikan lingkungan sekitar. Hal ini juga mengena pada laboratorium kimia, yang harus pula memperhatikan pembuangan bahan kimia tumpahan yang dijamin berbahaya.

Kemudian, adakah keunggulan kita? Konon katanya kita adalah negara agraris. Tanah kita subur. Iklim kita bagus. Apakah kita telah cukup serius menangani masalah ini? Reboisasi lahan gundul merupakan salah satu langkah bijak menahan laju CO2 yang berlebih di udara. Termasuk penanaman pohon disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran udara disepanjang jalan raya. Tumbuhan tertentu seperti semak dapat mengemisikan gas CH4 sebagai gas rumah kaca potensial, dalam jumlah yang signifikan. Hal ini tergantung tidak hanya pada spesies tanaman, tetapi juga pada kondisi lingkungan dimana mereka tumbuh. Hal lain yang tak kalah penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Klise memang, namun sering kali terlupakan. Padahal dengan menjaga buangan sampah khususnya bahan anorganik seperti plastik, kita turut menjaga kesuburan tanah yang notabenenya sebagai tempat hidup tumbuhan yang makin lama terasa semakin menipis.

Untuk kendraan bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas buangan pada bagian keluar gas buang yang menetralisir dan mengurangi dampak negatif gas buang tersebut. Dapat pula dengan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga surya, biodisel, atau juga perpaduan listrik dan bensin pada mobil hibrida yang sekarang sedang hangat dibicarakan.. Selain itu, perlu juga dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor yang boleh beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran lanjutan.

Yang terpenting adalah kita mempunyai satu keyakinan bahwa ketika kita bercermin, kita akan melihat betapa harapan itu ada.
Semoga cahaya diujung terowongan sudah semakin terang.

December 27, 2009

TULISAN & PERUBAHAN

Sore ini, sehabis hujan reda di beranda.

“Sudah 45 tahun kita setia
mengheningkan cipta di perayaan tujuh belasan.
Sudah 45 tahun keringat menetes
dari wajah anak-anak sekolah yang kepanasan,
tapi yang kudapat hanya pohon-pohon tumbang,
tanah yang pecah-pecah dan udara yang tak bersahabat”

Agaknya, ada yang benar pada tulisan F. Rahardi dalam prosa lirihnya -Migrasi Para Kampret- halaman 119. Lalu sekarang, apa yang sedang Anda pikirkan?

Terkadang permasalahan lingkungan hanya hangat dan ramai dibicarakan di kalangan tertentu saja. Misalnya akademisi, aktivis lingkungan, maupun environmentalis.
Perbedaan kesadaran kita tentang itu, telah membuat sikap kita berlain-lainanan, meskipun menghadapi bencana yang kurang lebih sama.

Pertanyaanya, dapatkah kita merubah perilaku dengan tulisan? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Tapi provokasi, ya. Karena tulisan untuk memperbaiki lingkungan (baca: bumi) perlu provokatif. Perlu lebih dari sekedar objektif. Perlu mengajak sekaligus menyeret pembaca ke “jalan yang benar”. Inilah konsep inti menulis, dalam hal ini untuk membela bumi dan isinya.

Berkumpul bersama adalah suatu permulaan, tetap bersama adalah suatu kemajuan, bekerja bersama adalah suatu kesuksesan. Lalu, kapan kita mau mulai dan bagaimana memulainya?
Langkah pertama untuk menyelesaikan suatu masalah adalah dengan mengakui bahwa masalah itu ada. Seorang perokok, misalnya, akan lebih mudah menghentikan kebiasaan buruknya, bila dia memang merasa bahwa mengkonsumsi rokok merupakan suatu masalah. Bagi dirinya, dan orang lain tentunya.

Jadi, dengan mendiskusikan masalah, berarti kita telah mengayunkan langkah pertama untuk bisa mengatasi masalah itu.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana langkah kedua, ketiga, dan seterusnya? Akankah kita terus melangkah maju? Ataukah kita, Indonesia, hanya bisa berbicara, menulis, ataupun berdiskusi?
Jawabannya saya pulangkan kembali kepada yang bertanya.